Bahaya “Tidak Enakan”
Kejadian ini dialami oleh seseorang katakanlah berinisial A. A adalah seorang pegawai disalah satu perusahaan. Usianya masih terbilang muda yakni 32 tahun. Ia adalah seorang pekerja yang rajin dan sangat dipercaya oleh atasannya. A sangat terampil dan mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Tidak jarang untuk urusan pribadi atasannya selalu meminta bantuan A untuk menyelesaikannya.
Keterampilannya untuk bisa menyelesaikan tugas dengan baik ternyata tidak berbanding lurus dengan sifatnya. A memiliki sifat yang “tidak enakan” dengan orang lain. Sehingga ia sebenarnya melakukan itu semua karena “terpaksa”. Alhasil, teman sekantornya juga memanfaatkan ‘ketidakenakan” si A tersebut. Teman sekantornya sering meminta tolong untuk membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bukan tugas si A. Karena “tidak enakan” maka sulit bagi A untuk menolak permintaan teman-teman sekantornya. Tidak tahu kenapa dari rasa tidak enakan ini selalu muncul pikiran-pikiran negatif. Pikiran yang merasa bahwa orang lain akan kecewa dengan dirinya, atau jika tidak menerima permintaan teman sekerjanya akan berdampak buruk pada pertemanan di kantor, dan sebaginya. Rasa tertekan karena tidak enakan tersebut akhirnya lambat laun memunculkan rasa cemas dan takut. Awal mulanya perasaan itu ia abaikan namun lambat laun makin sulit untuk diatasi dan ia tidak sanggup untuk mengendalikan pikirannya sendiri.
Hari berganti-hari, A merasa sudah tidak nyaman lagi bekerja di tempat tersebut. Rasa cemas, perasaan takut disalahkan, khawatir membuat kesalahan, makin hari makin membesar. Bahkan ia sempat berfikir untuk keluar atau berhenti saja. Sampai istrinya di rumah juga melihat perubahan yang dialami oleh si A.. Padahal perasaan tersebut menurut istrinya bukan menjadi dasar/alasan untuk menjadikannya tidak nyaman bekerja. Karena atasan serta teman-temannya masih nyaman bekerja dengan A. Hanya rasa cemas dan takut saja yang lebih mendominasi pikirannya ketimbang pikiran sehatnya.
Di rumah-pun A sering gelisah bahkan sudah beberapa hari sulit tidur. Hingga istri si A memutuskan untuk membantu suaminya menemukan penyembuhan yang tepat atas permasalahannya yakni dengan Hipnoterapi.. Dari hasil pertemuan dengan Hipnoterapist ditemukan ada perasaan cemas serta takut yang berlebihan. Hal ini diperparah dengan sifat perfectionist (ingin hasil sempurna) yang menjadikannya tidak enakan ketika tidak mampu mengerjakan sebuah pekerjaan yang sesuai kriterianya.
Ketika sesi Hipnoterapi berlangsung, A diajak untuk bisa berdamai dengan dirinya. Berdamai dengan rasa cemas, takut berlebihan serta ingin hasil sempurna (perfectionist). Dimana akhirnya ia menemukan satu sugesti yang menyadarkan dirinya bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Bahwa berbuat salah adalah sifat manusia dan yang sempurna adalah milik Allah SWT. Ia sangat senang sekali dengan pemahaman itu hingga membuatnya tersenyum. Ada kesadaran lain yang ia temukan pula saat itu yakni, bekerjalah sesuai dengan batas kemampuanmu saja tanpa harus berusaha untuk menyenangkan orang lain. Apalagi menjadikan diri ini menderita.
Selang beberapa hari, A memberi kabar melalui WA. Ia mengatakan, terimakasih saat ini sudah bisa tidur dengan nyenyak dan lebih berani lagi untuk bisa bekerja sama dengan teman-teman di kantor.
Semoga tulisan ini bermanfaat…
Untuk informasi Hipnoterapi silahkan hubungi nomor 0812-86855700
Leave a Reply